Follow Us on Twitter

Para Pria Ilkom A

Hari itu adalah hari pertama masuk kuliah. Kebetulan, gw masuk ke kelas Ilkom A yg bakal menjadi rumah gw untuk kira2 setahun ke depan. Pagi harinya, pada jem 8 kurang gw udah nyampe di kelas tersebut. Begitu masuk ke dalam kelas, gw terkejut. Gimana engga, sejauh mata memandang gw cuma bisa melihat jenis makhluk hidup yg kencingnya jongkok, wanita. Di mana para pria? Apa gw salah masuk ke kelas Pengantar Salon & Creambath? Apa mereka semua ditakdirkan untuk menjadi istri gw?

Setelah beberapa saat menenangkan pikiran, gw langsung mencari tempat duduk. Ga berapa lama, gw pun menyadari bahwa gw bukanlah satu2nya pejantan di kelas itu. Kira2 ada 5 orang pria lainnya yg terjebak dalam sarang perawan, eh kelas tersebut. Yg paling dominan terlihat eksistensinya adalah seorang cowo tinggi bernama Alvin. Entah kenapa, dia justru terlihat menikmati keadaan terjepit di antara banyak wanita seperti itu. Dari waktu ke waktu dia asyik mengobrol dengan sekitar 30 wanita yg ada di kelas tersebut. Mungkin eksistensinya tersebut jugalah yg menyebabkan anak2 memilihnya menjadi ketua kelas Ilkom A.

Selanjutnya gw melihat satu pria yg udah gw kenal dari awal pendaftaran ulang OMB (Orientasi Mahasiswa Baru), Torro. Sosoknya masih sama seperti saat pertama berkenalan dulu, terkesan pendiam & pasif. Tidak banyak kata keluar dari mulutnya, sehingga gw belum bisa menilainya lebih jauh saat itu. Sama halnya denga Rhesa, pria yg duduk di sebelah kanan gw di barisan paling belakang. Sepanjang hari itu, dia asyik ngobrol dengan teman sebelahnya yg bernama Inne. Sepertinya mereka sudah saling kenal sebelumnya.

Di sebelah kiri gw, duduk seorang pria semi-gemuk bernama Raff. Perawakannya yg sangar, badannya yg besar, & kulitnya yg gelap memaksa gw untuk berpikir dua kali sebelum mencari masalah dengannya. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya gw berhasil mengetahui 4 kelemahan utamanya, alpukat, keju, tomat, & karet. Ckckck. Ohya, entah kenapa dari awal perkenalan dengannya, ia selalu meminta orang lain memanggilnya dengan sebutan Bank (inget, pake 'K'!).

Satu pria lagi bernama Krisna. Rambutnya yg panjang awut2an, kaosnya yg bermotif band2 rock papan atas, & sneakers butut yg rasanya tinggal menuju ajal mengingatkan gw akan seorang rocker slenge'an. Hal itu memang kurang lebih benar. Setelah mengenalnya lebih jauh, gw bisa menggambarkan Krisna dengan 1 kalimat : seorang pemikir yg slenge'an & ga pernah mau pake kaos kaki.

Selang beberapa hari, ternyata muncul tambahan 1 orang pria Papua di Ilkom A. Namanya adalah Janias. Setelah mendengar cerita dari sana-sini, akhirnya gw pun mengetahui bahwa Janias adalah orang yg menginspirasikan dibuatnya film Denias, Senandung di Atas Awan. Dialah anak kecil dalam film tersebut yg berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan yg layak di Papua. Wah, kaget juga gw. Soalnya anaknya ngocol & demen banget sama yg namanya rokok & Coca Cola. Pokoknya, Janias tanpa rokok & Coca Cola bagaikan cowo tanpa titit.

Nah, 7 cowo ini pun akhirnya berjuang untuk beradaptasi di kelas Ilkom A yg penuh dengan para wanita. Tanpa terasa, kira2 7 bulan setelahnya ketujuh pria tersebut tidak saja bisa beradaptasi dengan baik di kelas tersebut, tetapi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari populasi anak2 Ilkom A. Semoga hal ini dapat berlangsung seterusnya & anak2 Ilkom A tetap kompak & gahol.

Tut Wuri Handayani
Jawir
Category: 3 komentar

3 komentar:

winna mengatakan...

wkwkwkwkwk...
bgs wir...
ditunggu yah yg 20an cewe di ilkom A...hahahahaha

Lambertus Guntoro mengatakan...

haha..like this...
Istilahnya PARA PEJAKA DI SARANG PENYAMUN....HAHAHA

Bene Krisna mengatakan...

wah saya terharu lho mas jaw. "seorang pemikir yg slenge'an & ga pernah mau pake kaos kaki". ini saya banget lho! hehehe. go ilkom A!

Posting Komentar