Follow Us on Twitter

Tahukah kamu beberapa hari yang lalu aku membeli novel karangan penulis favoritmu. Tak lain tak bukan, rasa-rasanya ini cara yang paling memungkinkan saat ini agar aku bisa lebih mengenalmu.

Membaca novel ini membuatku merasa dekat denganmu, karena agaknya sedikit banyak dirimu adalah sebab pengaruhnya.

Rupanya, terpilihnya novel ini dari beberapa novel lain karangannya, rasanya bukan kebetulan. Agaknya ada penyelenggaraan ilahi disana. Aku temukan jawaban disana atau aku merasa menemukan jawabannya, atau aku yang sibuk mencari jawaban dan kutemu-temukan saja jawabannya. Yang jelas ada jawabannya.

Akan ada waktunya nanti. Aku mau kamu harap tunggu dulu. Aku mulai mengerti sepatumu. Cobalah pakai sepatuku dulu.

Aku suka cara kita berkomunikasi. Membuat kita tak biasa.
Category: 0 komentar

Akhirnya nih blog ada lagi postingan

Belakangan ini, oh tidak, mungkin dari awal tahun ini gue sering sekali bermimpi. Bukan gue tidur tidur terus gue melihat gambaran atau apa, nggak. Mungkin lebih tepatnya gue ngimpiin sesuatu. Ngimpiin masa depan yang ideal menurut gue.

Saat lagi bongong, nganggur, atau bahkan lagi nyetir motor sendirian di jalan, gw langsung ngimpiin dan merencanakan kehidupan gue 5 - 10 tahun lagi. Gw kerja ini, gw pengennya menikah dengan ini, gw mau punya rumah disini, dan seterusnya. Bahkan gw uda ngitung seandainya gw beli rumah disitu, berapa uang muka yang harus gue siapkan, berapa cicilannya per bulan, gw harus punya gaji berapa untuk mulai nyicil.  Gue selalu excited berbicara soal perencanaan.

Dimulai dari konsep bahwa hidup itu jangan gimana nanti, tapi nanti gimana. Gw mulai memikirkan lebih serius, yang artinya memikirkan ga hanya konsep dan angan-angan, tapi detailnya pelaksanaannya baik dari segi finansial dan teknis. Itu bagus sih sampai akhirnya gw ketagihan dengan hal itu.

Entah mengapa, gw senang banget bermimpi dan merencanakan. Jantung ini berdebar-debar ga sabar ingin segera menyongsong impian itu. Sampai akhirnya, saat gw tersadar, realitasnya ga begitu. Gw masih sangat jauh dari impian itu.

Ini dia akar permasalahannya. Gw rasa, kehobian gw ngimpi itu karena gw ngerasa tidak menjalani hidup sesuai dengan harapan gw, impian gw. Kehobian gw akan ngimpi itu agaknya merupakan kejujuran suara hati gw, yang mengatakan, "It feels wrong men. It's not like what you wanted eh?"

Tapi ga semudah. Ingin gw pelan-pelan "melepas" kepemilikkan saya ini. Kondisinya sulit, banyak yang menyandera. Baik kontrak secara de jure maupun de facto (which is non-legal but it's still go on). Banyak sirkumstans sehingga status quo itu harus tetap dijalankan.

Saya jadi teringat kalimat seorang teman. "Expansive is that I have power to choose. And I have it." Oh Boy, i pretty goddamn envy with you man!

Dari segi pekerjaan, the place where i work, it's not the first place i want to go. I never imagine i would work in this office now. Tapi bukan alesan, gw menolak menyerah, dan ternyata, pekerjaan ini pun bisa dikatakan sudah kutaklukkan dan ku kuasai.

Namun lagi-lagi kejujuran suara hati selalu menganga, dengan implikasi saya yang selalu membayangkan 5-10 tahun lagi dengan pekerjaan lain. Apakah sebenarnya itu passion saya? Namun saya cukup punya impian dengan pekerjaan saya sekarang? Sebenarnya win-win sloution, tapi hati lebih memilih pekerjaan yang ternyata kudambakan itu. Lagipula di tempat sekarang ini, saya memang secara de jure terikat, dan tak bisa lepas dari kesepakatan de jure tersebut sampai masa berlakunya habis.

Gw jadi inget kata teman baik gw saat kita nongkrong di suatu tempat deket kampus, sehari sebelum wisuda. Mengutip omongan bapaknya dia bilang gini. "Keraguan itu hanya pada masa awal. Ketika dijalan akan terbiasa." Gw pun jadi mbatin, iyaya, apa gw hanya ragu di awal?

Ga cuma soal pekerjaan, yang terberat, tentu saja soal pasangan hidup. Entah mengapa gw sangat tergila-gila dengan ide untuk menikah di usia 26-28 tahun. Banyak faktor sih yang membuat hal demikian, tapi yang paling dominan adalah karena melihat usia orang tua dan besarnya keinginan mereka untuk gendong cucu.

Bonyok gw itu nikahnya usia telat, jadi saat ngelahirin gw, usia mereka uda cukup umur. Sedangkan teman-teman sebayanya uda pada mantu dan punya cucu. Ga pernah secara eksplisit sih mereka mengutarakan hal tersebut, tapi secara implisit kebaca oleh gw.

Masalahnya, the one who come with me it's not like the type of what they like. I've been almost three years having this kind of relation. And frankly, lately i get so bored. Berbarengan juga dengan konsep impian gw. It's make double of it.

Tapi melepas itu ga segampang itu. It would be a 'big war' if do it.

you can tell me coward, bastard, you mention it, i don't care. you don't what is like to be me.

Alhasil, i still try to maintain this relation to go on. Kadang makan ati juga, tapi gw sayang sama dia.

it's just i finally came up with the conclusion that, you're good, too damn good. But we ain't goin nowhere, after all this almost 3 years. We still young, kita masih ada kesempatan 'browsing' yang lain sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan untuk jadi pasangan hidup.

Apakah gw mengidap bipolar? Atau gw hanya lebay aja, kepengaruh bacaan, media dan film bahwa gw bipolar.

If you know me, that's mean you are really my friend, that understand me the most, without i'm saying this story to you. After read this you can reach me, and let's speak, cause i fucking need your help.

Well that's it. Terima kasih karena telah membaca.



Tabik,




Category: 0 komentar